HTML,BODY{cursor: url("http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/guitarmulti.gif"), auto;}
Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yg baru. Beri yg terbaik tuk masa depanmu.

Senin, 24 Desember 2012

FASE LATEN MEMANJANG


FASE LATEN MEMANJANG

A.    Pendahuluan
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam ilmu kebidanan tahun 2002 pada saat ini angka kematian perinatal di Indonesia masih tinggi yaitu 334/100000 dan 218/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian tersebut menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2001 yaitu perdarahan 24%, infeksi 11%, partus macet 5% dan sisanya disebabkan oleh penyebab lain. Penyebab utamanya kematian adalah perdarahan, infeksi dan toksemia, sehingga sekitar 90% kematian komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa partus lama/macet menambah tingginya angka kematian ibu pada saat persalinan. Salah satu penyebab partus lama yaitu fase laten memanjang (menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, 1998). Di mana pada kondisi tersebut terjadi pemanjangan waktu saat pembukaan serviks dari 0 sampai 4 cm, yang mana pada waktu yang normal hanya membutuhkan waktu 8 jam tetapi pada fase laten memanjang ini membutuhkan waktu lebih dari 8 jam. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus benar-benar mempunyai penatalaksanaan yang baik untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga komplikasi dalam proses persalinan dapat di tekan semaksimal mungkin.
Menurut Rustam Moctar untuk mengetahui hal tersebut yang paling penting dilakuan adalah :
1.       Pertolongan persalinan yang aman, sehingga memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan perawatan nifas pada ibu dan bayi
2.       Pelayanan obstetri yang esensial yang memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk resiko tinggi dan komplikasi bagi ibu yang membutuhkan

LANDASAN TEORI
FASE LATEN MEMANJANG


A.    Definisi Fase Laten Memanjang
Menurut Sarono Prawirohardjo dalam buku pelayanan maternal dan neonatal fase laten memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks sampai 4 cm dan berlangsung lebih dari 8 jam.

B.     Etiologi
Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh :
1.      His tidak efisien (adekuat)
2.      Tali pusat pendek
3.      Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4.      Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum
Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.

C.    Penilaian Klinis
Menurut Sarwono Prawirohardjo menentukan keadaan janin :
1.      Periksa DJJ selama atau segera setelah His. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya 1 x dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama fase laten kala II.
2.      Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikiran kemungkinan gawat janin
3.      Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang mungkin juga menyebabkan gawat janin. Perbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan psikologis. Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan BAK.
4.      Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berat berikan analgetik

D.    Diagnosis
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi keadaan ini dengan baik.

Diagnosa partus lama ialah :
Tanda dan Gejala
Diagnosa
1.   Serviks tidak membuka
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
Belum inpartu
2.   Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur
Fase laten memanjang
3.   Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
a.    Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
b.    Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik
c.    Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tak maju dengan caput, terdapat moulase hebat, oedema serviks, tanda ruptura uteri imins, gawat janin
Fase aktif memanjang

Inersia uteri

CPD


Obstruksi kepala
4.   Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan
Kala II lama


Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab itu maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang perbedaan persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Persalinan sesungguhnya
a.       Serviks menipis dan membuka
b.      Rasa nyeri dengan internal teratur
c.       Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d.      Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
e.       Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
f.       Dengan berjalan menambah intensitas
g.      Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h.      Lendir darah sering tampak
i.        Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j.        Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
k.      Ada penurunan kepala bayi

2.      Persalinan Semu
a.       Tidak ada perubahan serviks
b.      Rasa nyeri tidak teratur
c.       Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d.      Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e.       Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f.       Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g.      Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
h.      Tidak ada lendir darah
i.        Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j.        Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k.      Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan

E.     Penatalaksanaan
1.      Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
a.       Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian analgetik.
b.      Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c.       Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan tidak menahan napas terlalu lama
d.      Perhatikan DJJ

2.      Penanganan secara khusus
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
a.       Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
b.      Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea.
c.       Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV
d.      Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam.
e.       Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
f.       Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE LATEN MEMANJANG TERHADAP NY "H"



I.            PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal :  2 Februari 2007                                  Pukul   :  09.30 WIB

A.    Pengkajian
1.      Identitas Klien
Nama ibu        :  Ny. Heni                  Nama Suami :  Tn. Angga Wijaya  
Umur              :  23 Tahun                  Umur              :  26 Tahun
Pendidikan     :  SMA                        Pendidikan     :  D3
Pekerjaan        :  IRT                          Pekerjaan       :  PNS
Agama            :  Islam                        Agama           :  Islam
Suku/Bangsa  :  Jawa/Indonesia        Suku/Bangsa :  Palembang/Indonesia
Alamat           :  Seputih Banyak       Alamat           :  Seputih Banyak
                          Lam-Teng                                          Lam-Teng

2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama. Usia kehamilan cukup bulan mengeluh perutnya mules dan menjalar sampai ke pinggang sejak pukul 04.00 Wib.

3.      Tanda-tanda Persalinan
Ibu datang pukul 09.30 Wib. His (+) frekuensi 2 x setiap 10 menit lamanya 20 detik.

4.      Pengeluaran Pervaginam
Ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah, tidak ada pengeluaran ketuban.
5.      Masalah-masalah Khusus
His lemah, sehingga kemungkinan terjadi partus lama.

6.      Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT     :  01 Mei 2006
TP           :  08 Februari 2007
Haid bulan sebelumnya teratur, lamanya 6 – 7 hari, siklus 28 hari
ANC dilakukan secara teratur, setiap 1 bulan 1 x di bidan.

7.      Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi 2 x, pertama usia kehamilan 5 bulan, kedua usia kehamilan 6 bulan dilakukan di Bidan "M".

8.      Riwayat Kehamilan yang Lalu
Ibu hamil anak pertama

9.      Pergerakan Janin dalam 24 Jam Terakhir
Ibu merasakan sebelum mules perutnya dirasakan gerakan janin sedikit berkurang.

10.  Makan dan Minum Terakhir
Sebelum mules timbul, ibu makan dan minum biasa, tapi setelah mules timbul terasa malas makan dan lebih banyak minum.

11.  Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 hari 1 x dan BAB terakhir pukul : 04.00 Wib
Ibu mengatakan BAK 6 – 7 x/hari dan terakhir pukul : 09.00 Wib

12.  Pola Istirahat
Setelah rasa mulas pada perutnya timbul yaitu pukul 04.00 Wib sampai pengkajian dilakukan ibu tidur 1 jam sebelumnya tiap harinya + 6 – 7 jam per hari.
13.  Psikologis
Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan ini.

B.     Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum ibu :  baik
Kesadaran                :  composmentis
2.      Tanda-tanda vital :
TD        :  110/80 mmHg                   RR       :  24 x/menit
Pols      :  80 x/menit                         Temp   :  370C
3.      TB/BB  :  157 cm / 55 kg
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Rambut            :  Tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan tidak mudah dicabut, warna hitam dan agak kotor
b.      Mata                :  Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik dan tidak ada oedema
c.       Hidung            :  Bersih, tidak ada polip, penciuman baik
d.      Gigi & mulut   :  Bersih, tidak ada ada caries dan tidak ada stomatitis
e.       Telinga             :  Bentuk simetris, bersih dan fungsi pendengaran baik
f.       Leher               :  Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugularis
g.      Dada                :  Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal, puting menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada aerola mamae dan kolostrum sudah keluar
h.      Abdomen        :  Tidak ada bekas operasi
1)   Leopold I    :  TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba bagian yang lunak, tidak melenting dan kurang bundar berarti bokong. TFU seara MC donald :     36 cm
                                
                                 TBJ =  (TFU – 11) x 155
                                          =  (36 – 11) x 155
                                          =  3875 gram
2)   Leopold II  :  Pada perut bagian sebelah kiri teraba ada tahanan yang lebar, datar dan lurus berarti punggung, bagian kanan teraba bagian kecil-kecil berarti ekstermitas.
3)   Leopold III   :      Bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala 
4)   Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
5)   Auskultasi   :  Bagian terendah sudah masuk PAP
6)   Keadaan     :  Vesika urinaria kosong
i.        Ekstermitas
Atas                 :  tidak ada oedema, gerakan normal, tidak ada luka, bentuk simetris
Bawah             :  tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek patela (+) fungsi ekstermitas baik
j.        Genetalia
Inspeksi           :  pada vulva dan vagina tidak ada varises maupun oedema, tidak ada luka dan cidera juga peradangan, pada perenium tidak ada bekas luka
Pengeluaran pervaginam :  lendir bercampur darah
k.      Rectum            :  ibu mengatakan hari ini sudah BAB, rektum kosong, perineum elastis.

5.      Pemeriksaan Dalam Pukul :  09.30 WIB
Vulva/pengeluaran pervaginam :  blood slym
Perineum          :  kaku, tidak ada bekas luka
Vulva               :  tidak ada oedema dan varises
Periksa rugea    :  tebal, tiak ada benjolan
Porsio               :  tebal, lunak, pembukaan 1 cm
Serviks             :  tebal
Ketuban           :  belum pecah/utuh (+)
Presentasi         :  kepala, UUK kiri depan
Penurunan        :  hodge I

Pengawasan Kala I
Tgl
Waktu
Pembukaan serviks
Kondisi
Kondisi janin
TD
Pols
RR
Temp
Obat cair yang diberikan
Kontraksi uterus/his
DJJ
Penurunan kepala
Ketuban/ penyusupan












02-02-2007
9.30
2 cm
110/80
80
24
370C
-
Kekuatan lemah, lama <20 detik, 2x dalam 10 mnt
140 x/mnt (+)
4/5
+/0

10.00


81



Kekuatan lemah, lama  < 20 detik 2x dalam 10 mnt
145 x/mnt (+)



10.30


80



Kekuatan lemah, lama  < 20 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
150 x/mnt (+)



11.00


79



Kekuatan lemah, lama  < 20 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
152 x/mnt (+)



11.30


80
26
37,80C

Kekuatan lemah, lama  < 20 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
140 x/mnt (+)



12.00


75



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
135 x/mnt (+)



12.30


80



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
144 x/mnt (+)



13.00


76



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
140 x/mnt (+)


02-02-2007
13.30
3 cm

80
2
37,30C

Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
134 x/mnt (+)
4/5
+/0

14.00


76



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
130 x/mnt (+)



14.30


75



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
135 x/mnt (+)



15.00


78



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
132 x/mnt (+)



15.30


75

37,80C

Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
140 x/mnt (+)



16.00


73



Kekuatan sedang, lama  20-40 detik frekuensi 2x dalam 10 mnt
135  x/mnt (+)





16.30






Kekuatan kuat lama > 40 dtk frekuensi 2x dalam 10 mnt
140 x/mnt (+)



17.00






Kekuatan kuat lama > 40 dtk frekuensi 2x dalam 10 mnt
145 x/mnt (+)


02-02-2007
17.30
4 cm

73

370C

Kekuatan kuat lama > 40 dtk frekuensi 2x dalam 10 mnt
135 x/mnt (+)
3/5
+/0


II.         INTERPRESTASI DATA DASAR
1.      Diagnosa
Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, PUKI, memanjang intrauterin, presentasi kepala, inpartu kala I fase laten.
Dasar :
a.       Ibu mengatakan hamil anak pertama
b.      HPHT     :  1 Mei 2006  
TP           : 8 Februari 207
c.       Pada pemeriksaan leopold di dapat hasil
Leopold I    :  TFU pertengahan pusat-PX, fundus teraba bokong
Leopold II   :  bagian kiri teraba bagian keras, panjang diri bagian kanan ibu teraba bagian kecil (ekstermitas)
Leopold III :  bagian terendah teraba kepala
Leopold IV :  kepala sudah masuk PAP
DJJ              :  140 x/menit

d.      Hasil pemeriksaan dalam pukul : 09.30 Wib
Vulva          :  pengeluaran pervagina berupa blood slym, tidak ada oedema, tidak ada varises dan bekas luka, tidak ada hemoroid.
Rugea          :  tebal, tidak ada benjolan
Porsio          :  lembut dan tipis, pembukaan 2 cm
Serviks        :  tebal
Ketuban      :  belum pecah/utuh (+)
Presentasi    :  UUK kiri depan
Penurunan   :  hodge II

2.      Masalah
Fase laten memanjang
Dasar : 
Ibu melaui fase laten lebih dari 8 jam.

3.      Kebutuhan
a.       Mengatasi kebutuhan nutrisi ibu untuk mengantisipasi kelelahan
b.      Memberikan support kepada ibu
c.       Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman

III.      IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Potensial terjadinya partus lama akibat fase laten yang memanjang
Dasar :
-          Ibu inpartu kala II
-          Fase laten berlangsung lebih dari 8 jam
-          Ibu hamil anak 1


IV.      IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplikasi pada kala I proses persalinan.

V.         RENCANA MANAJEMEN
1.      a.  Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b.    Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada saat proses persalinan
c.    Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada komplikasi
d.   Siapkan ruangan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu serta persiapkan bidan dengan memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik
2.      Penyuluhan cara mengejan yang efektif
a.       Jelaskan manfaat mengejan yang efektif
b.      Ajarkan ibu cara mengejan yang efektif
c.       Observasi cara mengejan ibu
3.      Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
a.       Jelaskan penyebab nyeri
b.      Ajarkan cara mengatasi nyeri
4.      Pemenuhan nutrisi (asuhan sayang ibu)
a.       Beri ibu makan jika lapar
b.      Beri ibu minum jika haus
c.       Beri ibu minuman manis sebagai penambah tenaga
d.      Suruh ibu istirahat jika lelah

VI.      IMPLEMENTASI LANGSUNG
1.       a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini ibu telah memasuki kala I persalinan dengan fase laten memanjang
b.      Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
c.       Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda vital
d.      Persiapan persalinan :
1)      Ruang bersalin
2)      Menyiapkan alat persalinan
Partus set, heating set, air DTT dan klorin, pakaian bayi, handuk, tempat sampah kering dan basah.
3)      Menyiapkan alat resusitasi
4)      Menyiapkan pakaian bayi
5)      Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
6)      PD setiap 4 jam 1 x atau indikasi inpartu
7)      Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
8)      Memenuhi kebutuhan fisik ibu, makan, minum, BAK dan BAB
9)      Memenuhi kebutuhan psikologis ibu
Memberikan dukungan persalinan
10)  Menyiapkan alat (pelidung diri) untuk bidan: mitela, masker barascort, kacamata, hand scoen, spatu booth.
11)  Melakukan penyuluhan mengenai cara mengejan yang efektif
a.       Menjelaskan manfaat mengejan efektif pada ibu, apabila ibu mengejan dengan baik dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi.
b.      Mengajarkan cara mengejan yang efektif, mengejan dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II persalinan, sehingga diafragma berfungsi lebih baik, badan ibu dilengkungkan dengan dagu di dada atau mata melihat perut, kaki ditarik kearah badan sehingga lengkungan badan dapat membantu mendorong janin.
12)  Mengobservasi cara mengejan ibu

2.       Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri yang disebabkan oleh fase laten yang memanjang
a.       Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri. Nyeri disebabkan karena adanya kontraksi uterus yang akan membantu mendorong janin untuk turun
b.      Mengajarkan cara mengatasi nyeri, ibu disuruh untuk berjalan-jalan bila masih bisa, kemudian menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri, agar pembukaan serviks lebih cepat.
3.       Ibu bersedia untuk miring ke kiri
4.       Kemajuan persalinan baik
5.       Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ    :  140 x/menit
Penurunan kepala :  hodge II
TTV   :      TD      :  110/80 mmHg                  Nadi     :  80 x/menit
                 RR      :  22 x/menit                        Suhu    :  37 0C
6.       Kandung kemih   : kosong
7.       Frekuensi His       : 2 x dalam 10 menit, lemah, lamanya < 20 detik.

Kala II Pukul 17.30 Wib
S     :   Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB, dan keluar air dari kemaluannya.
O    :   Dilakukan PD   pukul : 17.30 Wib dengan hasil
1.      Vulva                :  tidak ada oedema dan varises, pengeluaran berupa blood slym
2.      Introitus vagina   :  rugea masih teraba, tidak ada bisul/benjolan
3.      Partio                :  lembut, pembukaan 4 cm
4.      Serviks              :  tebal
5.      Ketuban            :  Utuh/belum pecah (+)
6.      Presentasi         :  UUK kiri depan/kepala
7.      Penurunan        :  hodge II
8.      DJJ                   :  140 x/menit
9.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
TTV   :   TD      :  130/70 mmHg                  Nadi     :  81 x/menit
                 RR      :  21 x/menit                        Suhu    :  37 0C
10.  Tanda persalinan semakin tampak yaitu perineum menonjol, vulva membuka dan ada tekanan pada anus.

A    :   1. Diagnosa
a.      Ibu P1A0 partu kala II, janin tunggal, hidup intrauteri, plasenta kepala
Dasar :
Kontraksi uterus :  2 x dalam 10 menit lama 20-40 detik
Pembukaan lengkap, portio tidak teraba, ketuban (-), perineum menonjol dan vulva membuka, DJJ : 140 x/menit
b.      Potensial terjadi perpanjangan kala I fase laten
Dasar :
Ibu hamil anak pertama
Pembukaan 10 cm, perineum kaku, ketuban (-)
Fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

           2.  Masalah
Fase laten memanjang dan ibu cemas menghadapi, persalinannya
Dasar : 
Ibu memasuki kala II persalinan
Ibu hamil anak pertama

           3.  Kebutuhan
Penyuluhan cara relaksasi
Pertolongan persalinan yang bersih, aman dan nyaman


P     :   1.  Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah masuk fase persalinan
           2.  Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu kontraksi uterus, pantau penurunan, presentasi kepala janin dan DJJ setelah kontraksi dan vital sign.
3.    Anjurkan dan ajarkan pada ibu mengejan pada saat his ada dan relaksasi pada saat his menghilang
4.    Observasi cara mengejan ibu
5.    Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada saat ibu mengejan
6.    Lakukan pertolongan persalinan, tolong kepala, bahu, badan, kemudian bersihkan jalan napas
7.    Periksa janin tunggal atau kembar
8.    Observasi perdarahan pervaginam
9.    Bayi lahir pukul : 22. 00 Wib
BB                  :  3.000 kg
Jenis kelamin :  laki-laki
PB                   :  49 cm
Anus               :  (+)
APGAR score    :    7
Bayi tidak menangis spontan
a.       Lakukan asuhan BBL : letakkan bayi diperut ibu, keringkan bayi, potong tali pusat, ganti dengan kain bersih
b.      Segera lakukan resusitasi untuk membebaskan jalan napas
c.       Jika berhasil dan bayi menangis spontan hangatkan kembali tubuh bayi dan berikan pada ibu untuk disusukan.

Kala III Pukul 22.15 WIB
S     :   Ibu mengatakan perutnya mulas
O    :   Keadaan umum   :  baik                                  
           Kesadaran           :  composmentis
TTV   :       TD     :  130/70 mmHg                   Nadi        :  21 x/menit
                    RR     :  81 x/menit                         Suhu       :  37 0C
Janin tunggal
TFU, 2 jari di bawah pusat
Abdomen : Kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras, seperti batu, terdapat semburan darah tiba-tiba dan tali pusat memanjang
A    :   1.  Diagnosa 
Ibu P1Ao
Dasar   :   uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari di bawah pusat, plasenta belum lahir.

           2.  Masalah
Nyeri perut bagian bawah
Dasar : 
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
Plasenta belum lahir
Kontrkasi uterus baik
TFU 2 jari di bawah pusat

           3.  Kebutuhan
Manajemen aktif kala III
Pemenuhan nutrisi dan cairan


P     :   1.  Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu sedang berada pada kala III persalinan
           2.  Lakukan pemeriksaan TTV
TD    :  12/70 mmHg                Pols     :  80 x/menit
RR    :  23 x/menit                    Suhu    :  37 0C
3.    Anjurkan dan ajarkan pada ibu mengejan pada saat his ada dan relaksasi pada saat his menghilang
a.       Pemberian oxitosin 10 IU
b.      Lakukan peregangan tali pusat terkendali
c.       Masase fundus
4.    Lahirkan plasenta dengan hati-hati
a.       Kotiledon dan selaput utuh
b.      Panjang tali pusat : 20 cm
c.       Lebar plasenta       : 13 cm
d.      Berat plasenta       : 500 gr
e.       Tebal plasenta       : 2 cm
5.    Setelah 15 detik lakukan masase fundus secara sirkuler dan ajarkan pada ibu untuk melakukannya sendiri
6.    Lakukan vulva hygiene pada ibu
7.    Observasi perdarahan dan luka

Kala IV Pukul :  23. 00 WIB
S     :   Ibu mengatakan masih terasa mules
O    :   1.  Pemeriksaan tanda vital
TD    :  110/70 mmHg              Nadi    :  80 x/menit
RR    :  22 x/menit                    Suhu    :  37 0C
2.    Keadaan kandung kemih    : kosong
3.    TFU                                     : 3 jari dibawah pusat
4.    Kontraksi uterus baik
5.    Perdarahan pervaginam + 150 cc
6.    Pengeluaran lochea rubra

A    :   1.          Diagnosa
a.       Ibu P1Ao partus spontan pervaginam partus kala IV
Dasar :
Ibu partus spontan pervaginam pukul : 22.00 Wib
Plasenta lahir lengkap pukul : 22.30 Wib
Pengeluaran lochea rubra
TFU : 3 jari dibawah pusat
b.      Potensi terjadi perdarahan pervaginam
Dasar :
Plasenta lahir pukul : 22.30 Wib
Perdarahan pervaginam berupa lochea rubra

1.    Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar :
Ibu mengatakan masih mules dan sedikit nyeri pada daerah genetalia

2.    Kebutuhan
Personal hygiene ibu
Memberi rasa nyaman ibu
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

P     :   1. Jelaskan kondisi ibu saat ini
           2.  Periksa TTV, TFU, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua
3.    Penyuluhan personal hygiene
Beritahu ibu untuk membersihkan daerah kemaluannya setelah BAB dan BAK dengan arah kebelakang, mandi 2 x/hari dan ganti pakaian
4.    Pemenuhan mobilisasi ibu
Miring ke kanan / ke kiri
Ibu boleh berjalan sesudah 6 jam
5.    Pemenuhan nutrisi ibu
Makan yang bergizi karena ibu masih dalam masa pemulihan minum 6 – 8 gelas/hari
6.    Pemenuhan istirahat
Tidur 6 – 7 jam/hari
7.    Observasi pengeluaran vagina (lochea)

DAFTAR PUSATAKA



Mochtar, Rustam :  Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi 2. Jakarta. EGC, 1998

Prawirohardjo, Sarwono : Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, Yayasan Bina Pusata, 2002.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar