HTML,BODY{cursor: url("http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/guitarmulti.gif"), auto;}
Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yg baru. Beri yg terbaik tuk masa depanmu.

Kamis, 14 Maret 2013

ANASTESI UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia (dari an‘tanpa’ + aisthēsis ‘sensasi’) yang berarti tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1) anesthesia lokal, yakni hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran; (2) anesthesia umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan relaksasi otot. Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah tindakan operasi atau bedah.Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan terjadinya efek anestesia umum yang ditandai dengan penurunan kesadaran secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat. Menurut rute pemberiannya, anestesi umum dibedakan menjadi anestesi inhalasi dan intravena. Keduanya berbeda dalam hal farmakodinamik. Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian obat preanestesi golongan xylazin terhadap perubahan kondisi fisiologis hewan coba (kucing) yang diamati dengan beberapa parameter penting. 2. TUJUAN a. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan ether pada kelinci percobaan b. Mahasiswa mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter-parameter antara lain: rentan waktu timbulnya efek sesaat setelah diberikan obat anastesi c. Untuk mengetahui efek dari pilocarpine da atropine pada pupil marmut 3. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana cara melakukan anastesi umum pada kelinci menggunakan ether? b. Bagaimana tahapan penurunan kesadaran dan onset of action ether pada kelinci? c. Bagaimana efek dari pilocarpine dan atropine pada pupil marmut? BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANASTESI Dalam melakukan anestesi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain: kondisi hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh/jenis hewan, kepekaan hewan terhadap obat anestetik dan penyakit-penyakit yang diderita hewan. Sebelum anestesi sangat perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan, karena kadang-kadang anestesi umum mempunyai resiko yang jauh lebih besar dibandingkan pembedahan yang dijalankan. Ada beberapa tipe anestesi antara lain sebagai berikut: - Pembiusan total adalah hilangnya kesadaran total - Pembiusan lokal adalah hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh). - Pembiusan regional adalah hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya B. MEKANISME KERJA ANASTESI Anestetikum akan bekerja mempengaruhi dua jenis reseptor yaitu : 1. Reseptor γ amino butiric acid (GABA) terutama reseptor GABAA. Gamma-amino butiric acid merupakan neurotransmiter inhibitori utama di otak, disintesis dari glutamat dengan bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), didegradasi oleh GABA-transaminase. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk berinteraksi dengan reseptornya sehingga menimbulkan aksi penghambatan fungsi SSP. Neurotransmiter GABA lepas dari ujung syaraf gabanergik, berikatan dengan reseptornya, membuka saluran ion Cl, ion Cl masuk ke dalam sel, terjadi hiperpolarisasi sel syaraf , terjadi efek penghambatan transmisi syaraf , dan depresi SSP. Reseptor GABA sebagi tempat terikatnya GABA terdiri dari dua jenis, yaitu iono tropik (GABA yang merupakan reseptor inhibitori, dan 2. Reseptor Glutamat yang merupakan reseptor eksitatori kususnya pada sub tipe N-methyl D-aspartat (NMDA) Gamma-amino butiric acid merupakan neurotransmiter inhibitori utama di otak, disintesis dari glutamat dengan bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), didegradasi oleh GABA-transaminase. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk berinteraksi dengan reseptornya sehingga menimbulkan aksi penghambatan fungsi SSP. Neurotransmiter GABA lepas dari ujung syaraf gabanergik, berikatan dengan reseptornya, membuka saluran ion Cl, ion Cl masuk ke dalam sel, terjadi hiperpolarisasi sel syaraf , terjadi efek penghambatan transmisi syaraf , dan depresi SSP. Reseptor GABA sebagi tempat terikatnya GABA terdiri dari dua jenis, yaitu ionotropik (GABA A) dan metabotropik (GABAB). Reseptor GABAA terletak di postsinaptik dan cukup penting karena merupakan tempat aksi obat-obat benzodiazepin dan golongan barbiturat. Reseptor GABAA terdiri dari lima subtipe (pentamer) 2α, 2ß, dan 1γ, masing masing subtipe mempunyai N-terminal binding site, terdiri dari 450 asam amino, dan mempunyai 4-transmembran (TM) saluran ion. Sampai saat ini telah diketahui ada 19 reseptor subunit GABAA, yaitu lebih dari 85% konsentrasinya dalam bentuk kombinasi α1ß2γ2, α2ß3γ2, dan α3ß1-3γ2. Reseptor GABAA adalah reseptor komfleks yang memiliki beberapa tempat aksi obat, seperti benzodiazepin (BZ), GABA, barbiturat, dan neurosteroid. Glutamat merupakan asam amino yang termasuk neurotransmiter eksitatori dan berperan penting dalam fungsi sistem syaraf pusat. Reseptor glutamat yang teridentifikasi secara farmakologi terdiri dari subtipe reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA), 5-hydroxy tryptamine (5HT), dan amino hydroxy methyl isoxazolepropionate (AMPA). Aktivasi reseptor NMDA akan meningkatkan Ca+ dan Na+ intrasel dan memicu aksi potensial. Terikatnya neurostransmiter glutamat pada reseptor NMDA, menyebabkan aliran ion Ca+ dan NA+ ke dalam sel, ion Ca+ intracellular akan meningkat, terjadi depolarisasi, menyebabkan eksitatori, dan memicu konvulsi. BAB III METODELOGI a. Waktu / Tempat : Kamis, 10 Januari 2013 / Ruang I STIKES MATARAM b. Alat dan Bahan : - Pilocarpine - Atropine - Ether - Spuit - Tabung pipa - Marmut dan kelinci c. Cara Kerja Untuk Marmut : a. Menyiapkan marmut sebagai hewan coba b. Memeriksa diameter dan reflek pupil pada cahaya c. Meneteskan pilocarpine pada mata kanan dan atropine pada mata kiri d. Melihat perubahan pada pupil setelah penetesan e. Mencatat hasil pengamatan Untuk Kelinci : a. Menyiapkan kelinci sebagai hewan coba b. Memeriksa denyut jantung kelinci, reflek pupil dan respiration c. Memasukan kelinci pada tabung pipa d. Meneteskan ether dengan permulaan 60 tetes/menit dan ditingkatkan e. Melihat reaksi kelinci f. Mengamati pada meit ke berapa kelinci mulai lemas, tertidur dan terbangun kembali g. Mencatat hasil pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Percobaan 1. Untuk Marmut Sebelum di teteskan pilocarpine dan atropine reflek pupil marmut normal Setelah penetesan pilocarpine pada mata kanan marmut, pupil marmut menjadi mengecil. Setelah penetesan atropine pada mata kiri marmut, pupil marmut menjadi membesar. 2. Untuk Kelinci Tabel pemantauan denyut jantung dan respirasi pada kelinci Sebelum penetesan ether Saat tertidur Setelah terbangun Denyut jantung=150x/men Denyut jantung=100x/men Denyut jantung=120x/men RR=120x/men RR=80x/men RR=100x/men Penetesan ether dimulai pada pukul 14.27 WITA - Pada menit pertama kelinci masih dalam keadaan sadar - Pada menit ke dua kelinci mulai terlihat lemas yaitu kelinci mulai memasuki stadium I - Pada menit ke empat kelinci lemas dan tidak melawan, kelinci memasuki stadium II - Pada menit ke tujuh (pukul 14.34) kelinci tertidur, kelinci memasuki stadium III - Kelinci terbangun pukul 14.39 WITA b. PEMBAHASAN - Pilocarpine bekerja sebagai parasimpatomimetik yang meningkatkan kerja parasimpatis dan atropine bekerja sebagai parasimpatolitik yang bekerja menghambat parasimpatis - Onset of action ether pada stadium I pada menit ke dua, stadium II menit ke empat, dan stadium III pada menit ke tujuh, pengaruh ether hilang setelah 5 menit kelinci tertidur, ether digunakan sebagai anastesi umum. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Anastesi yang kami lakukan pada praktikum kali ini adalah anastesi (Inhalasi) yang merupakan jenis anastesi umum. Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP) secara reversibel.Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness). - Pilocarpine bekerja sebagai parasimpatomimetik yang meningkatkan kerja parasimpatis dan atropine bekerja sebagai parasimpatolitik yang bekerja menghambat parasimpatis - Onset of action ether pada stadium I pada menit ke dua, stadium II menit ke empat, dan stadium III pada menit ke tujuh, pengaruh ether hilang setelah 5 menit kelinci tertidur, ether digunakan sebagai anastesi umum. B. SARAN Sudah sejak lama diketahui bahwa asupan alkohol, rokok, obat-obatan dan bahkan bahan makanan tertentu yang dikonsumsi semasa kehamilan dapat berakibat buruk terhadap fetus. Resiko kerusakan terbesar adalah selama kehamilan trisemester ketiga di mana terjadi defernsiasi seluler. Kelahiran premature dapat terjadi semasa trisemester terakhir. Karena alasan inilah, mka pada wanita hamil jangan diberikan: • Anestesi umum-kecuali untuk perawatan darurat. Anestesi umum dapat dilakukan pada trisemester kedua bila diperlukan

ANASTESI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Obat-obat anestetik local mempengaruhi semua sel tubuh, tapi mempunyai predileksi khusus pada jaringan saraf. Pengaruh utamanya adalah memblok hantaran saraf bila mengadakan kontak dengan suatu neuron. Obat anastetika local bergabung dengan protoplasma saraf dan menghasilkan analgesia (blok hantaran impuls nyeri) dangan mencegah terjadinya depolarisasi dengan cara menghambat masuknya ion sodium (Na+). Sifat blok ini disebut ‘nondepolarizing block’. Reaksi ini bersifat reversible dan fungsi fisiologis saraf tersebut akan kembali sempurna seperti sediakala setelah blok berakhir. Intensitas dan luasnya blok analgesia tergantung dari tempat, volume total dan konsentrasi obat anestetika local dan kemampuan penetrasi obat anestetika local tersebut. Umumnya obat-obat anestetika local adalah ‘ hydrophilic amino group’ yang bergabung dengan rantai ‘lyphophilic aromatic residue’. Obat anestetika local adalah sintesis (kecuali kokain) mengandung nitrogen, bereaksi basa dan rasanya pahit. Obat anestetika local merupakan garam hidroklorik atau asam sulfirat. Garam ini membebaskan asam kuat namun iritasi jaringan minimal karena kemampuan ‘buffer’ yang kuat dari tubuh. Obat-obat anestetika local mempunyai efek vasodilatasi (kecuali kokain). Infiltrasi ke daerah radag menghasilkan analgesi yang kurang memuaskan karena bertambahnya keasaman jaringan yang meradang mengurangi aktivitas obat anestetika local dimana pH pus adalah 5.1 2. TUJUAN  Untuk mengetahui efek lidocain pada marmut da onset of action dari lidocain  Untuk mengetahui pengaruh adrenalin yang bereaksi dengan lidocain  Untuk membuktikan tidak adanya efek sebagai anastesi dari aquabides 3. RUMUSAN MASALAH  Bagaimanakah pengaruh lidocain terhadap marmut dan onset of action dari lidocain?  Bagaimanakh reaksi yang ditimbulkan dari adrenalin dengan lidocain?  Bagaimanakah efek pemberian aquabides pada marmut? BAB II TINJAUAN TEORI a. Definisi Anestetik local ialah obat yang menghasilkan blockade konduksi atau blockade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik local setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Semua obat anestetik local baru adalah sebagai rekayasa obat lama yang dianggap masih mempunyai kekurangan-kekurangan. Kokain adalah obat anestetik pertama yang dibuat dari daun koka dan dibuat pertama kali pada 1884. Penggunaan kokain aman hanya untuk anestetik topical. Penggunaan secara sistemik akan menyebabkan dampak samping keracunan system saraf, system kardiovaskuler, ketagihan, sehingga dibatasi pembuatannya hanya untuk topical mata, hidung dan tenggorokan. b. Stuktur anastesi local Anestetik local ialah gabungan dari garam larut dalam air dan alkaloid larut dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatic tak jenuh bersifat lipofilik, bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Bagian lipofilik terdiri dari cincin aromatic (benzene ring) tak jenuh, misalnya PABA (para-amino-benzoic acid). Bagian ini sangat esensial untuk aktifitas anestesi. Bagian hidrofilik biasanya golongan amino tersier (dietil-amin).2 Anestetik local dibagi menjadi dua golongan yaitu: golongan ester dan golongan amida. Golongan ester (-COO-) yaitu: kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (novocaine), tetrakain (pontocaine), kloroprokain (nesacaine). Golongan amida (-NHCO-) yaitu: lidokain (xtlocaine, lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivakain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine), ropivakain (naropin), levobupivacaine (chirocaine). Obat baru pada dasarnya adalah obat lama dengan mengganti, mengurangi atau menambah bagian kepala, badan dan ekor. Di Indonesia yang paling banyak digunakan ialah lidokain dan bupivakain. c. Mekanisme Kerja Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium, mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf. Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja. Konsentrasi minimal anestetika local dipengaruhi oleh: ukuran, jenis dan mielinisasi saraf; pH (asidosis menghambat blockade saraf), frekuensi stimulasi saraf. Mula kerja bergantung beberapa factor, yaitu: pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat, alkalinisasi anestetika local membuat mula kerja cepat, konsentrasi obat anestetika local. Lama kerja dipengaruhi oleh: ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetika local adalah protein; dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi; dipengaruhi oleh ramainya pembuluh darah perifer di daerah pemberian. BAB III METODELOGI a. Waktu / Tempat : Rabu, 9 januari 2013 / Ruang 1 STIKES MATARAM b. Alat dan bahan : - 3 ekor marmut - Lidocain - Aquabides - Adrenalin - Spuit - Jam - Jarum - Gunting - Buku catatan c. Cara Kerja - Menyiapkan 3 ekor marmut di atas meja percobaan - Menggunting bulu marmut pada punggung sekitar 2 cm dan ditandai - Marmut pertama disuntikan aquabides 0,2 cc secara intarkutan pada bagian yang sudah ditandai - Marmut ke dua disuntik dengan lidocain 0,2 cc secara intrakutan pada bagian yang sudah ditandai - Marmut ke tiga disuntik dengan lidocain di tambah adrenalin 0,2 cc secara intrakutan pada bagian yang sudah ditandai - Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan jarum apakah marmut merasakan sakit atau tidak setiap 5 menit sampai menit ke 30 - Mencatat hasil pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Tabel pengamatan Bahan yg disuntik Waktu 5 ‘ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ M1 + + - - - - M2 + - - - - - M3 + + + + + + Keterangan : M1 : marmut yang disuntikan aquabides M2 : marmut yang disuntikan lidocain M3 : marmut yang disuntikan lidocain dan adrenalin + : marmut merasakan sakit jika ditusuk jarum _ : marmut tidak merasakan sakit ditusuk denngan jarum BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : • Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran • Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestetikum lokal, antara lain; • Tidak merangsang jaringan • Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf. • Toksisitas sistemik rendah. • Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir. • Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi). B. Saran Mahasiswa diharapkan memahami dan membuktikan :  efek lidocain pada marmut da onset of action dari lidocain  pengaruh adrenalin yang bereaksi dengan lidocain  membuktikan tidak adanya efek sebagai anastesi dari aquabides

LAPORAN NSAIDS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungnan dengan adanya potensi kerusakan jarinngan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.Nyeri yang dimilliki setiap orang berbeda-beda. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni 44-450 C. mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas dikulit, mukosa, dan jaringan lainnya. Nouceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang sangat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum lanjutan dan otak tengah.Dari thalamus impuls dilanjutkan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Adapun mediator nyeri yang disebut juga autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, lekotrien dan prostaglandin. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma .Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali.Jadi, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri.Untuk setiap orang, ambang nyeri adalah konstan. B. TUJUAN • Untuk mengetahui onset of action dari neuralgin • untuk mengetahui efek dari neuralgin • mampu mengobservasi respon akibat pemberian neuralgin C. RUMUSAN MASALAH • Berapa lama mula kerja dari neuralgin? • Bagaimana efek neuralgin? • Bagaimana respon mencit setelah pemberian analgetik? BAB II TINJAUAN TEORI Obat yang digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, dan akhirnya memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita disebut ddengan analgetik.Analgetik juga merupakan zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghalangi kesadaran. Berdasarkan efek farmakologisnya, analgetika dapat dibagi dalam 2 kelompok besar : 1. Analgetika perifer (non-nakotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). 2. Analgetika sentral (narkotik), khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada froctura dan kanker. Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis. BAB III METODELOGI a. Waktu dan Tempat : Rabu 9 Januari 2013/Ruang 1 STIKES MATARAM b. Alat dan Bahan : - 2 ekor mencit - Spuit - Neuralgin - Buku catatan - Jam c. Cara Kerja : - Menyediakan 2 ekor mencit - Menandai mencit pertama dan mencit ke dua - Memasukan neuralgin lewat mulut pada mencit ke dua dan mencit pertama tidak diberi apa-apa - Menunggu sampai 30 menit, kemudian masukan obat inflamasi asam asetat pada mencit pertama danke dua sebanyak 0,5cc secara IP - Mengamati berapa kali mencit 1 dan mencit 2 menggeliat selama 30 menit - Mencatat hasil pengamatan BAB IV PEMBAHASAN TABEL HASIL PENGAMATAN MENCIT 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 1 0 7 9 11 3 11 2 1 9 12 15 26 27 Mencit 1 : hanya diberikan asam asetat Mencit 2 : diberikan neuralgin kemudian asam asetat Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan obat dalam hal ini adalah neuralgin, untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit. Pada praktikum ini terjadi kesalahan pada hasil pengamatan sehingga tidak sesuai dengan teori nya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan obat dalam hal ini adalah neuralgin, untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit. Pada praktikum ini terjadi kesalahan pada hasil pengamatan sehingga tidak sesuai dengan teori nya. B. SARAN - Untuk praktikum selanjutnya diharapkan mahasiswa lebih cermat dan teliti dalam melakukan percobaan - Untuk pembimbing praktikum diharapkan lebih mengamati setiap percobaan yang dilakukan oleh mahasiswa

LAPORAN DIURETIKA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Deuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi uri, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di jaringan. Dengan demikian dapat memulihkan keseimbangan elektrolit beberapa metabolit,jika ginjal sendiri tidak dapat memelihara homeostasis. Selain itu beberapa dieuretik, misalnya klorotiazida, sifat diuretiknya dapat digunakan oleh penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, dengan sasaran untuk mempertahankan tekanan darah yang wajah, mungkin karena memodilikasi metabolism natrium, sehingga akhirnya dipertahankan resistensi perifer yang rendah ( tekanan darah : output jantung x resistensi perifer total ). Diuretik umumnya dikelompok dalam tiga kelompok besar. Diuretik pengasam yang mengubah keadaan fisika atau kimia dari darah dan jaringan, hingga terjadi pembebasan cairan interslisial dan cairan seluler untuk diekskresikan sebagai urin. Diuretik osmotic yang menarik air sebagai urin. Diuretik renal menstimulasi aktivitas ginjal dengan berbagai cara, misalnya meningkatkan filtrasi melalui glomenulus dan menghambat reabsorbsi natrium dan air : menstimulasi system enzim atau ion natrium, ion hydrogen atau polytransfer atau penyerapan kembali atau sebagai antagonis kompetitif dari aldoderum. Pada dasarnya volume dan komposisi urin tergantung pada tiga proses dalam lisiologi ginjal yaitu liltrasi melalui glomerolu di tubulus ginjal dan sekresi oleh tubulus ginjal. Samapai sekarang ada kesepakatan bahwa diuretik berefek karena pengaruhnya terhadap fungsi tubulus ginjal dan tidak seberapa karena efeknya terhadap fungsi glomerolus ginjal. 2. TUJUAN a. Untuk memahami kerja dari obat diuretic b. Untuk mengetahui mula kerja dari furosemid 3. MASALAH a. Bagaimanakah cara kerja dari obat diuretic? b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek dari furosemid pada hewan coba (marmut)? BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi urin, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan di jaringan, misalnya pada udem. ( panduan praktikum farmakologi, hal 35 ) Diuretik adalah obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine. ( farmakologi ulasan bergambar edisi II, hal 226 ) Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih ( dieresis ) melalui kerja langsung terhadap ginjal. ( OOP, hal 519 ) B. PEMBENTUKAN KEMIH 1. Fungsi Ginjal Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan dari dalam dengan jalan mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk ini darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi “ saringan ” ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil ini ( glomeruli ) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh ( ± 5 liter ) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut. Fungsi penting lainnya adalah mengulasi kadar garam dan cairan tubuh, ginjal mengatur komposisi ion dan volume urin dengan reabsorsi atau sekresi ion dan atau air pada lima daerah fungsional sepanjang nefron, yaitu pada tubulus proksimalansa henle, tubulus distal dan diuktus renalis rektus. ( OOP, hal 519 ) Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk menormalkan akibat suatu diuretik. Secara umum diuretic dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu (1) diuretic osmotic ; (2)penghambat mekanisme transport elektrolit d dalam tubuli ginjal. ( Farmakologi dan Terapi,hal 380 ) 2. Mekanisme Kerja Diuretika Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni a. Tubuli proksimal. Ultra filtrate mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70 %, antara lain ion dan air, begitu pula glukosa dan urem. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidais berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis ( manitol, sorbitol ) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. Menarik jaringan ke darah b. Lengkungan Henle. Dibagian menarik dari Henle’s loop ini ± 25 % dari semua ion Cl yang telah di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari dan tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotosis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan efakrinat, bekerja terutama disini dengan merintangi transport Cl dan demikian reabsorpsi pengeluaran dan air juga diperbanyak. c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini diabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi dan Cl sebesar 5-10 %. Dibagian kedua ion ditukarkan dengan ion atau . proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron ( spinorolakton ) dan zat-zat penghemat kalium ( amilorida, triamteren ) bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekskresi ( kurang dari 5% dan retensi ) d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH ( vasopressin ) dari hipofisis bertitik kerja dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. BAB III METODELOGI a. Wktu dan Tempat : Selasa 8 Januari 2013 /Ruang 1 STIKES MATARAM b. Alat dan Bahan : - 2 ekor marmut dewasa dan sehat - Spoit - Lasix (furosemid) - Aquabides - 2 pipa paralon - 2 beker glass c. Cara Kerja : - Menyediakan 2 ekor marmut di atas meja - Menyuntikan aquabides 0,2 cc secara intaperitoneal pada marmut pertama - Menyuntikan lasix 0,2 cc secara intaperitoneal pada marmut kedua - Mengamati pengeluaran urin dari kedua marmut - Membandingkan jumlah urin dari marmut pertama dengan marmut ke dua - Mencatat hasil percobaan yang didapatkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Waktu 15’ 30’ 45’ 60’ Marmut 1 (aquabides) _ _ _ _ Marmut 2 (lasix) _ 3cc (21’) 5cc _ b. Pembahasan Furosemid merupakan diuresis kuat yang bekerja pada lengkung henle bagian menaik, mula kerjanya cepat ± 0,5 – 1 jam bertahan 4 – 6 jam. Kemudian HCT adalah diuresis yang bekerja pada bagian muka tubuli dista yang efek diuretiknya lebih ringan dari furosemid. Dari hasil percobaan mula kerja lasix pada menit ke 21 dan akumulasi jumlah urin pada marmut yang disuntikan dengan lasix sebanyak 5cc, sedangkan aquabides yang duntikan pada marmut pertama tidak terjadi pengeluaran urin dan menunjukan tidak ada efek diuretika BAB V KESIMPULAN Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi. Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%