Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yg baru. Beri yg terbaik tuk masa depanmu.
Minggu, 30 Desember 2012
TANDA GEJALA NIFAS
Tanda Gejala Masa Nifas
2.1.1 Tanda dan Gejala
Nifas ditandai dengan :
( Saefuddin, 2002)
a. Adanya perubahan fisik
1) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
2) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan
3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan. Penetuan jumlah diastasis rekti digunakan sebagai alat objektif untuk mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis rekti adalah derajad pemisahan otot rektus abdomen ( rektus abdominis). Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot-otot tersebut relaksasi.
Diastasis rekti diukur dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Atur posisi wanita terbaring terlentag datarntanpa bantal dibawah kepalanya
2. Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tanagan anda pada garis tengah abdomen dengan ujung jari telunjuk anda tepat dibawah umbilikus dan jari-jari anda yang lain berbaris longitudinal kebawah kearah simfisis pubis. Tepi jari-jari anda harus menyentuh satu sama lain
3. Meminta wanita menaikkan kepalanya dan berupaya meletakkan dagu didadanya diarea antara payudaranya.( tanpaknya hal tidak mungkin tetapi pastikan wanita akan mennencangkan otot-otot abdomennya,yang tidak akan terjadi jika ia sekedar melakukan dahu pada klapikulanya).pastikan wanita tidak menekan tangannya di tempat tidur atau mencengkram matras untuk membantu dirinya,karena hal ini mencegah penggunaan otot-otot abdomen.
4. Ketika wanita berupaya meletakkan dagunya diantara payudaranya, tekan ujung-ujung jari anda.dengan perlahan dekat abdomennya. Anda akan merasakan otot-otot abdomen layaknya dua bebat karet, yang mendekati garis tengah dari kedua sisi . apabila dia diastasisnya lebar anda perlu untuk menggerakkan jari anda dari sisi kesisi dalam upaya menemukan otot tersebut,meskipun otot sudah dikontraksikan.apabila otot-otot abdomen memiliki tonus yang cukup baik untuk menyatu digaris tengah ketika ditegangkan,karena akan merasakannya perlawanan terhadap jari-jari anda dan kemudian dibawah jari anda ketika otot tersebut mendorong jari anda keluar dari abdomen .
5. Ukur jarak antara dua otot rektus ketika otot-otot tersebut dikontraksi dengan menempatkan jari-jari anda datar dan paralel terhadap garis tengah dan isi ruang antara otot rektus dengan jari-jari anda. Catat jumlah lebar jari antara sisi median dua otot rektus.
6. Sekarang tempatkan ujung-ujung jari satu tangan sepanjang salah satu sisi median otot rektus abdomen dan ujung-ujung jari tangan anda yang lain sepanjang sisi median otot rektus abdominus yang lain. Jika diposisikan dengan benar bagian punggung tangan anda harus menghadap satu sama lain pada garis tengah abdomen
7. Minta wanita untuk menurunkan kepalanya secara perlahan keposisi bersandar ketempat tidur
8. Ketika wanita menurunkan kepalanya otot rektus akan bergerak lebih jauh memisah dan kurang dapat dibedakan ketika otot relaksasi.ujung –ujung jari anda menutupi otot rektus ketika otot tersebut bergerak memisahkan kesisis rateral masing-masing pada abdomen. Prasat ini memungkinkan anda untuk tetap mengidentifikasi otot-otot tersebut ketika berada dalam keadaan relaksasi.
9. Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan relaksasi sebagaimana anda mengukurnya pada saat kontraksi.catat dlam jumlah lebar jari diantara tepi median kedua otot rektus.
10. Catat hasil pemeriksaan anda sebagai suatu pecahan yang didalamnya pembilang mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-otot mengalami kontraksi dan pembagi mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-otot relaksasi misalnya diastasis yang ukurannya dua lebar jari ketika otot-otot berkontraksi dan lima lebar jari ketika otot-otot relaksasi akan dicatat sbb:
diastasis= 2/5 jari
rangkaian pengukuran tersebut dapat tertulis sebagai berikut
diastasis = dua jari ketika otot-otot berkontraksi dan lima jari ketika otot-otot relaksasi.
5) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.
6) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan.
b. Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu.
1) Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan chorion.
2) Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan.
3) Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan.
c. Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesterone menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus kesinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody dari pada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.
d. Perubahan system tubuh lain
1) Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior, meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hoemone) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.
2) Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ketiga dan kelima.
Senin, 24 Desember 2012
HARAPANKU
Bidan Tini ini kehidupan yang sulit tolong tegar dan tersenyumlah, jangan menyerah dan malas, pikirkan nasib bayi yang kan lahir di tangan mu kelak, jadilah yang terbaik dengan belajar dan belajar terus menerus, hingga kamu bisa memberikan yang terbaik untuk pasien dan orang yang membutuhkan ilmu mu nanti, jika bukan ibu bidan lalu siapa lagi di desa sana? jadi lakukan dan belajar dengan benar jgn malu dan menyerah. kamu harus memperlakukan orang lain sebaik mungkin jangan menyakiti orang lain dengan kebodohan mu tini, jgn perlambat kuliah mu dgn kebodohan mu tini ayo bangun dan sadar kamu yg akan dicari di desa sana, klo bukan bu bidan sp lagi, atau pun bidan sudah banyak tapi km gg harus jadi bidan ecek-ecek yang gampang lulus dan tamat. kamu harus punya ilmu yang benar dan bermanfaat. perlakukan org lain sebagamana kamu ingin diperlakukan, pikirkan nasib org yang akan kamu pegang jika kamu gag punya persiapan apa apa. jgn hanya makan tidur saja, jadi lah bidan itu yang pintar baik dan cantik ya.. cantik jiwa raga nya. semangat bidan tini, kamu akan sukses , lanjutkan ke s2 ya, kamu janji pada dirimu sendiri. bidan tini tegar dan tersenyumlah ini kehidupan yg sulit
TETANUS
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL
TETANUS NEONATORUM
PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN
KELOMPOK IV
1. SURAYA CAHYANTI
2. TINI PURWATI
3. SITI ANNISA ROHMAYANI
4. SRY AGUSTINA NINGSIH
5. USWATUNNISA
6. YUYUN MINWAROH
7. KHAIRUNNISA
8. MUTMAINNAH
9. MUTIARA GUSNARTI
10. NASWATI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
PRODI D-IV KEBIDANAN
2012/2013
11.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Melalui
kesempatan ini Kami tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam
yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang yakni Ad-Dinul Islam. Dan
kepada yang terhormat Hj. Nurhayati, S.S.T selaku dosen pembina mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatal.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif atau membangun dari
pembaca sangat Kami harapkan demi kesempurnaan makalan ini.
Akhirnya
semoga makalah ini sangat berguna bagi kita terutama bagi Kami sendiri.
Mataram, Desember 2012
Kelompok IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ ........... 2
C. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN KASUS
A. Tetanus Neonaturum................................................................................................... 4
B. Penyakit yang Diderita Ibu
Selama Kehamilan............................................................... 10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 29
B. Saran........................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1.
Tetanus
Neonatorum
Bayi baru lahir atau
neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan
oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru
lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.
Masalah pada neonatus
ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal.
Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya
perawatan bayi baru lahir.
Hal ini dapat dilihat
dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Salah satu
kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus. Data organisasi
kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang
adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi
karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat.
Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka
mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung
pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang
ada.
Dengan tingginya
kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, dapat
memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.
2.
Penyakit yang Diderita Ibu Selama Kehamilan
Kehamilan adalah suatu
fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan diakhiri dengan proses
persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit
fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran cerna dan
organ-organ penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun
fungsional, yang dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan
terapi untuk beberapa penyakit.
Jika seorang wanita
mengidap penyakit bawaan atau penyakit tertentu yang cukup serius, harus
waspada dan berhati-hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan perawatan dan
pengobatan yang teratur, umumnya kehamilan dapat berjalan dengan lancar.
Walaupun demikian, risiko munculnya sesuatu yang tidak diinginkan dapat saja
terjadi. Beberapa penyakit perlu mendapat perhatian khusus jika diidap oleh
wanita hamil.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Tetanus
Neonatorum
a. Apa pengertian dari tetanus neonatorium?
b. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium?
c. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?
d. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium?
e. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus
neonatorium?
f. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium?
g. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada
tetanus neonatorium?
h. Apa komplikasi dari tetanus neonatorium?
2.
Penyakit yang
Diderita Ibu Selama Kehamilan
a. Apa pengaruh penyakit jantung pada wanita hamil?
b. Apa pengaruh penyakit diabetes mellitus pada wanita
hamil?
c. Apa pengaruh penyakit system pernafasan wanita hamil?
d. Apa pengaruh penyakit pencernaan pada wanita hamil?
e. Apa pengaruh hematologi pada wanita hamil?
f. Apa pengaruh penyakit perkemihan pada wanita hamil?
C.
Tujuan
1.
Tetanus
Neonatorum
a. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium
b. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium
c. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium
e. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus
neonatorium
g. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan
perawatan pada tetanus neonatorium
h. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium
2.
Penyakit yang
Diderita Ibu Selama Kehamilan
a. Untuk mengetahui pengaruh penyakit jantung pada wanita
hamil
b. Untuk mengetahui pengaruh penyakit diabetes mellitus
pada wanita hamil
c. Untuk mengetahui pengaruh penyakit system pernafasan
wanita hamil
d. Untuk mengetahui pengaruh penyakit pencernaan pada
wanita hamil
e. Untuk mengetahui pengaruh hematologi pada wanita hamil
f. Untuk mengetahui pengaruh penyakit perkemihan pada
wanita hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS NEONATURUM
A.
Pengertian
Tetanus neonatorum
adalah merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus
melalui luka tali pusat.
Neonatus adalah
organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra
uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan (Asri Rosad, 1987).
Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1
bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan
toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat) (Abdul Bari Saifuddin, 2000).
B.
Etiologi
1.
Kuman Clostridium
Tetani
Penyebab penyakit ini adalah clostridium
tetani Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang
neorotropoik.. Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul,
gram positip. Dapat bergerak dan membentuk spora. Spora tersebut kebal terhadap
berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat
dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup
bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain
dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus
digestivus manusia serta hewan. Tetanus tidak menularkan dari orang ke orang.
Tetanus hanya dapat terjadi jika bakteri berubah bentuk menjadi bentuk
vegetatif dalam tubuh manusia. Sebenarnya bakteri ini menghasilkan 3 toksin
namun tetanospasmin merupakan penyebab timbulnya tetanus.
2.
Pemotongan tali pusat
bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3.
Luka tali pusat kotor
atau tdak bersih.
4.
Ibu hamil tidak
mendapat imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.
C.
Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam
lingkungan anaerobit beruba menjadi bentuk fegetatif dan berbiak sambil
menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat penurunan
potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan
akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi.
Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai
dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan
elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam
sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron
keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan
gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.
D.
Tanda dan Gejala
Masa inkubasi penyakit
adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul dalam
waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari
atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah
kekakuan pada rahang sehingga penderita tidak dapat membuka mulut, dan menelan
serta bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di
otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot
perut, lengan atas dan paha.
Bisa juga dengan melihat gejala klinis
atau yang lebih jelas lagi, seperti :
1.
Mulut mencucu seperti
mulut ikan (karpemound)
2.
Bayi tiba-tiba panas.
3.
Bayi yang semula dapat
menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring (tenggorok dan
rahang).
4.
Mudah sekali kejang
disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara dan
sentuhan.
5.
Kejang, otot
kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah
menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang
terangkat. Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat
menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya
melengkung ke depan(kaku duduk sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter
perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih.
6.
Dinding perut tegang
(perut papan)
7.
Trismus (kesukaran membuka
mulut/mulut tertutup).
8.
Kesukaran menelan
E.
Pencegahan
Pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil
3 x berturut-turut pada trimester ke-3 dikatakan sangat bermanfaat untuk
mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang
steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
F.
Penatalaksanaan
a.
Pemberian saluran
nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
b.
Pakaian bayi
dikendurkan/dibuka
c.
Mengatasi kejang
dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus kedalam
mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak
jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.
d.
Ruangan dan lingkungan
harus tenang
e.
Bila tidak dalam
keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan
pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui).
f.
Perawatan tali pusat
dengan teknik aseptic dan antiseptic.
g.
Selanjutnya rujuk
kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke RS.
G.
Medik dan Perawatan
1.
Di berikan cairan
melalui intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis 4-1 selama
48-72 jam.
2.
Diazepam dosis awal
2,5 mg IV perlahan-lahan selama 2-3 menit.
3.
Obat ATS 10.000 untuk
perhari diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM untuk neonatus bisa di
berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus immununoglobulin (HTIG)
3000-6000IU.im.
4.
Ampisilin 100mg/kg/BB
dibagi 4 dosis selama 10 hari.
5.
Tali pusat dibersihkan
atau dikompres dengan alkohol 70% betadine 10%.
6.
Rawat diruang yang
tenang tetapi harus terang juga hangat.
7.
Baringkan pasien
dengan sikap kepala ekstensi dengan memberikan gajanl dibawah bahunya.
8.
Beri O2 1-2
liter/menit.
9.
Memberikan suntikan
anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan largaktil.
Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis
6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan
lewat anus.
10.
Pada saat kejang
pasang sudit lidah.
11.
Observasi tanda vital
secara continue setiap ½ jam.
H.
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Akibat keadaan bayi yang payah dan tidak
dapat menyusui untuk memenuhi kebutuhannya. Perlu di beri infus dengan cairan
glukosa 5%, bila kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan
melalui sonde dan sejalan dengan perbaikan, pemberian makanan bayi dapat diubah
memakai sendok secara bertahap. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002).
I.
Komplikasi
1.
Bronkhopneumonia :
infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru.
2.
Asfiksia :
keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur.
3.
Sepsis Neonatorum :
infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir.
J.
Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
1.
Identitas
2.
Riwayat Keperawatan :
antenatal, intranatal, postnatal.
3.
Pemeriksaan Fisik :
a.
Keadaan Umum : Lemah,
sulit menelan, kejang
b.
Kepala : Poisi
menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut keluar
dan kebawah.
c.
Mulut : Kekakuan
mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan.
d.
Dada : Simetris,
kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung.
e.
Abdomen : Dinding
perut seperti papan.
f.
Kulit : Turgor kurang,
pucat, kebiruan.
g.
Ekstremitas : Flexi
pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat
bagai sepotong kayu.
4.
Pemeriksaan Persistem
a.
Respirasi : Frekuensi
nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-pikel.
b.
Kardiovaskuler :
Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian kapiler, sirkulasi,
berkeringat, hiperpirexia.
c.
Neurologi : Tingkat
kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan.
d.
Gastrointestinal :
Bising usus, pola defekasi, distensi
e.
Perkemihan : Produksi
urine
f.
Muskuloskeletal :
Tonus otot, pergerakan, kekakuan.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi,
makan tidak adekuat.
2.
Ketidak efektifan
jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada
otot faring).
3.
Koping keluarga tidak
efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit
anak.
C.
Intervensi
1.
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi,
makan tidak adekuat.
o
Tujuan : nutrisi dan
cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan normal.
o
Kriteria hasil :
Tidak terjadi dehidrasi
Tidak terjadi penurunan BB
Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan
albumin dan Hb
Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
o
Intervensi :
a.
Catat intake dan
output secara akurat.
b.
Berikan makan minum
personde tepat waktu.
c.
Berikan perawatan
kebersihan mulut.
d.
Gunakan aliran oksigen
untuk menurunkan distress nafas.
e.
Berikan formula yang
mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan
sesuaikan dengan kebutuhan.
sesuaikan dengan kebutuhan.
f.
Ajarkan dan awasi penggunaan
makanan sehari-hari.
g.
Tegakkan diet yang
ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.
2.
Ketidakefektifan jalan
nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot
faring)
o
Tujuan : kelancaran
lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.
o
Kriteria hasil :
Tidak terjadi aspirasi
Bunyi napas terdengar bersih
Rongga mulut bebas dari sumbatan
o
Intervensi :
a.
Berikan O2 nebulizer
b.
Ajarkan pasien tehnik
batuk yang benar.
c.
Ajarkan pasien atau
orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
d.
Ajarkan pada orang
terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
e.
Berikan perawatan
kebersihan mulut.
f.
Lakukan penghisapan
bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu.
3.
Koping keluarga tidak
efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit
anak
o
Tujuan : Keluarga
dapat menahami tentang penyakit anak
o
Kriteria hasil :
o
Intervensi :
a.
Kaji pengetahuan
tentang proses tindakan terhadap penyakit
b.
Berikan penjelasan
kepada orang tua bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka
memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.
c.
Berikan penjelasan
kepada orang tua, bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan
tetanus.
PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN
A.
Hipertensi Dalam Kehamilan
1.
Hipertensi Esensial
Adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan.
Gejalanya :
-
Biasanya
tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
-
Tekanan
darah sistolenya antara 140-160 mmhg
-
Tekanan darah
diastolenya antara 90-100 mmhg
-
Tekanan darahnya sukar
diturunkan
Penanganannya
:
Memantau
tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang bisa
menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.
2.
Hipertensi
Karena Kehamilan
Adalah hipertensi yang disebabkan atau
muncul selama kahamilan
o
Terjadi pertama kali
sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48 jam pasca persalinan.
o
Lebih sering pada
primigravida
o
Risiko meningkat pada
:
-
Masa
plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
-
Diabetes mellitus
-
Faktor herediter
-
Masalah vaskuker
o
Ditemukan tanpa
protein dan oedema, tekanan darah meningkat
o
Kenaikan tekanan
diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran berjarak 1 jam atau
tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :
o
Pantau
tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin
o
Jika tekanan darah
meningkat tangani sebagai preeklampsia
o
Jika kondisi janin
memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan
terminasi kehamilan.
3.
Preeklampsia
Adalah bila
ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan oedema.
Proteinuria adalah
tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat
diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300
mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun
dapat mengalami preeklampsia. Tapi, umumnya ada beberapa ibu hamil
yang lebih berisiko, yaitu :
o
Ibu
hamil untuk pertama kali
o
Ibu
dengan kehamilan bayi kembar
o
Ibu
yang menderita diabetes
o
Memiliki
hipertensi sebelum hamil
o
Ibu
yang memiliki masalah dengan ginjal
o
Hamil
pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
o
Ibu
yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri.
Tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap
penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah
satu penyebab kematian pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan.
Gejala Yang Muncul :
o
Kondisi
preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu maupun
janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang rutin.
Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.
o
Adanya
preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan didapatkan
hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin.
o
Preeklampsia
biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga muncul pada trimester kedua.
Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi pada sekitar 7 % kehamilan.
Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.
Aspek Klinik Dari Preeklampsia :
o
Gambaran klinik
Dua gejala yang sangat penting
preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria
o
Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah
vasospasme arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda peringatan awal
dari preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna dari pada tekanan sistolik,
tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap menunjukkan keadaan
abnormal.
o
Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba
dapat mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg
perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia.
o
Proteinuria
Merupakan indikator penting untuk
menentukan beratnya preeklampsia
o
Nyeri kepala
Sering didaerah frontal dan kadang-kadang
oksipital yang tidak sembuh dengan analgetik biasa
o
Nyeri epigastrium
Sering merupakan gejala preeklampsia berat
o
Gangguan penglihatan
Disebabkan vasospasme, iskemia dan
perdarahan petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.
Perbedaan
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
1.
Preeklampsia ringan
· Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg
dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
· Proteinuria (+)
2.
Preeklampsia
berat
· Tekanan diastolik > 110 mmhg
· Proteinuria (++)
· Oliguria
· Hiperrefleksia
· Gangguan penglihatan
· Nyeri epigastrium
Penanganan
Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan
< 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan :
· Pantau tekanan darah,
proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
· Lebih banyak istirahat
· Diet biasa
· Tidak perlu diberi obat-obatan
· Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
-
Diet biasa
-
Pantau
tekanan darah 2x sehari, proteiuria 1x sehari
-
Tidak perlu
obat-obatan
-
Tidak perlu diuretik,
kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
-
Jika tekanan diastolik
turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
-
Nasehatkan
untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
-
Kontrol
2 kali seminggu
-
Jika
tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
-
Jika
tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
-
Jika
terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan terminasi kembali
-
Jika
protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
Penanganan Preeklampsia Berat
1.
Penanganan
aktif
Adalah kehamilan
diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat kejang (sama dengan
pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya
dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak diperlukan ruangan
yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup.
Penderita yang
ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan yaitu :
-
Ibu
dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
-
Adanya tanda-tanda
impending eklampsia
-
Adanya syndrome HELLP
(haemolysis elevated liver enzymes and low platelet) atau kegagalan penanganan
konservatif
-
Adanya gawat janin
atau IUGR
2.
Penanganan konservatif
Adalah kehamilan
tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan kejang (sama dengan
penanganan kejang pada eklampsia).
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.
4.
Eklampsia
Eklampsia didiagnosa
jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau
hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang
didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala
nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium
dan hiperrefleksia.
Penyebab kematian ibu
: Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru
Penanganan Eklampsia
Tujuan : Menghentikan
dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit khususnya krisis
hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
Sikap obstetrik :
Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
Penanganan kejang :
· Beri obat antikonvulsan
· Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
sedotan, masker oksigen, oksigen).
· Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
· Aspirasi mulut dan tenggorokan.
· Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg
untuk mengurangi resiko aspirasi.
· Beri O2 4-6 liter/ menit
Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin :
o
Janin
yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan
nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
plasenta menyempit.
o
Karena
buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi dengan
berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur),
biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
o
Pada
kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah
menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu
tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi,
adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu,
tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau kehamilan dapat
diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah
caesar.
B.
Anemia Dalam Kehamilan
a. Pengertian
Anemia ialah suatu
keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah
kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin
normal :
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14
gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12
gram – 16 gram
Tingkat pada anemia :
- Kadar Hb 8 gram – 10 gram
disebut anemia ringan
- Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut
anemia sedang
- Kadar Hb kurang dari 5 gram
disebut anemia berat
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan
tersebut berbanding sebagai berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36
minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia
anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan
hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
b. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan,
Persalinan dan Nifas
1.
Keguguran
2. Partus prematurus
3. Partus lama karena inersia uteri
4. Perdarahan post Jartum karena
atonia uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik intrapartum maupun
postpartum
7. Anemia yang sangat berat adalah
Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan
dan persalinan, bahkan bisa fatal.
c. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil
Konsepsi
Hasil
konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah untuk
pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak
berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya
anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati,
limpa, dan sum-sum tulang. Selama masih
mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan
ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi
ádalah :
1.
Kematian
mudigah (Keguguran)
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir
(stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan
d. Klasifikasi Anemia Dalam
Kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam
kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan unsur besi dalam
makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan. Kebutuhan zat
besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila
masuknya zat besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi anemia defisiensi
besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar
Pencegahan :
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil
diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula
untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayur yang banyak
mengandung mineral dan vitamin
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk
makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam folat, jarang sekali
akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi
yang kronik.
Penanganan :
- Pemberian asam folat, biasanya
bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
- Diet makanan yang bergizi (tinggi
kalori dan protein)
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan
protein tinggi.
3. Anemia hipoplastik (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi sternal,
pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain.
Terapi dengan
obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi
darah, yang perlu sering diulang.
4. Anemia hemolitik (sel sickle)
(0,7%)
Disebabkan
penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan
karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya
tidak menderita anemia. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis
anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu
penderita ini.
C.
Penyakit
Jantung
Kehamilan dan penyakit
jantung akan saling mempengaruhi pada individu yang bersangkutan. Kehamilan
akan memberatkan penyakit jantung. Sebaliknya, penyakit jantung akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanganjanin dalam kandungan, lain halnya
pada kehamilan dengan jantung yang normal. Tubuh dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan sistem jantung dan pembuluh darah. Jika seorang wanita hamil
mengidap penyakit jantung akan terjadi perubahan-perubahan berikut:
1.
Meningkatnya volume
jantung, yang dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada
kehamilan 32 minggu, lain menetap. Kondisi ini bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan tubuh ibu dan janin yang dikandungnya.
2. Jantung dan diafragma (sekat rongga dada) terdorong ke
atas karena pembesaran rahim.
Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat
memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah :
- Cepat merasa lelah
- Jantung berdebar-debar
- Sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di
sekitar mulut (sionosis)
- Bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan
muda.
Klasifikasi
penyakit jantung dalam kehamilan :
1. Kelas I
o Tanpa pembatasan kegiatan fisik
o Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
2. Kelas II
o Sedikit pembatasan kegiatan fisik
o Saat istirahat tidak ada keluhan
o Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi
jantung seperti: kelelahan, jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas
atau angina pectoris
3. Kelas III
o Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
o Saat istirahat tidak ada keluhan
o Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung
4. Kelas IV
o Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
Komplikasi :
Komplikasi pada ibu dapat terjadi : gagal jantung
kongestif, edema paru, kematian, abortus.
Komplikasi pada janin dapat terjadi : prematuritas,
BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat.
Penatalaksanaan
:
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli
penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup
mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan
deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan
after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan
dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
o Kelas I :
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
o Kelas II :
Umumnya tidak memerlukan pengobatan
tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK
28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan
sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat.
Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam
setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein,
rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu
sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu
kelahiran.
o Kelas III :
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK
28 minggu dapat diberikan diuretic
o Kelas IV :
Harus dirawat di RS. Kedua kelas ini tidak
boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada
kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus
terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus
dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis,
dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
D.
Penyakit
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada
kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu)
maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan
berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum
terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar
menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan
terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan
makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi
secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar
gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain :
estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka
terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Diagnosis :
Deteksi dini sangat diperlukan agar
penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan
factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak
mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi
lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Klasifikasi :
o Tidak tergantung insulin (TTI), Non Insulin Dependent
diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam
pengendalian kadar gula darah.
o Tergantung insulin (TI), Insulin dependent Diabetes
Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula
darah.
Komplikasi :
- Komplikasi maternal : infeksi saluran kemih,
hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu.
- Komplikasi fetal : abortus spontan, kelainan
congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin.
- Komplikasi Neonatal : prematuritas, kematian intra
uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.
Penatalaksanaan
:
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia,
yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120
mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode
hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar
glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarka pasien
memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu
sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat
hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek
teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I
diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB
sekitar 10-12 kg.
Penatalaksanaan
Obstetric :
Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan
DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir
minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin
terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan
pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan
diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin
(normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan
amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu).
Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan
baisanya memerlukan insulin.
E.
Penyakit
Sistem Pernafasan
Pada umumnya penyakit
paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, walaupun
kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada system pernapasan, karena uterus
yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru keatas serta sisa-sisa
udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu meenjadi
lebih parah. Ada 3 jenis penyakit paru-paru yang perlu perhatian dalam
kehamilan yaitu TBC, asma bronchial, pneumonia, bronchitis dan influenza.
1. Tuberkulosis Paru-Paru
-
Diagnosa :
Dalam anamneses Ibu mengatakan pernah
berobat penyakit paru-paru
-
Keluhan dan
gejala-gejala :
Batuk menahun, batuk darah, dan kurus
kering.
-
Pemeriksaan
fisis-diagnostik :
Pada paru-paru dijumpai adanya kelainan
bunyi pernapasan.
-
Penanganan :
o
Ibu hamil dengan
proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya.
o
Pengobatan harus
selalu bekerja sama dengan ahli paru-paru
o
TBC paru-paru tidak
merupakan indikasi abortus buatan dan terminasi kehamilan
2.
Asma
Penyakit asma dan kehamilan kadang-kadang
bertambah berat. Dalam batas yang wajar asma tidak banyak pengaruhnya terhadap
persalinan. Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2.
3.
Penyakit Pneumonia
Penyakit radang paru-paru pneumonia dapat
terjadi dalam kehamilan , persalinan atau nifas. Pneumonia saat kehamilan
memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernapasan mengganggu pertukaran
o2 dan co2 sehingga membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
sampai terjadi keguguran dan persalinan premature.
4.
Bronchitis dan
Influenza
Bronchitis dan influenza pada kehamilan
dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan
pengobatan biasa sebagian besar sembuh sehingga kehamilan dapat
berlangsungdengan baik.
F.
Penyakit
Sistem Pencernaan
1.
Mulut
o
Hipersalivasi
Pada saat meludah, air liur keluar lebih
banyak dari biasa, sering disertai mual dan muntah. Setelah trimester I, biasa
akan hilang dengan sendirinya. Tidak membahayakan kehamilan.
o
Glugivitis dan epulis
Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis.
Karena gusi itu mudah berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
o
Karies gigi
Gigi yang rusak pada waktu hamil akan
memburuk karena nafsu makan berkurang, mual, dan muntah sehingga kalsium
menjadi berkurang.
2.
Esofagus dan Lambung
o
Pirosus
Wanita mengeluh sakit dan pedih diulu hati
atau nyeri dada. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian
bawah esofagus. Keluhan ini akan menghilang secara berangsur-angsur dengan
kehamilan yang bertambah tua.
o
Esofagitis erosive
Wanita hamil dengan sering mual muntah
sehingga terjadi erosi pada lambung. Gejalanya pedih dan nyeri sewaktu menelan,
pirosis dan kadang-kadang dengan hematomesis.
o
Varises esophagus
Varises esofagus dijumpai pada sirosis
hepatitis dan pada kehamilan menjadilebih berat bahkan bisa pecah dan terjadi
pendarahan karena hipervolemia dan hipertensi portal.
o
Gastritis
Keluhan kehamilan muda sering disangka
gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu nyeri ulu hati, mual,
muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
o
Apendisitis
Walaupun apendisitis akut dapat terjadi
dalam kehamilan dan gejalanya membinggungkan dengan gejala abdomen akut
obstetric.
o
Hemoroid (wasir)
Pemekaran pembuluh darah direktum tersebut
haemoroid. Wasir yang sudah ada dapat menjadi lebih besar karena kehamilan,
pada waktu depekasi terasa nyeri dan luka serta mengeluarkan darah.
G.
Penyakit
Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan
merupakan suatu sistem dimana terjadi proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Infeksi saluran kemih
adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari
10.000 per ml. Urin yang diperiksa harus bersih, segar dan dari aliran tengah
atau diambil denagn fungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya
lebih dari 10.000 per ml disebut dengan istilah bakteriuria.
Macam-macam infeksi saluran kemih :
1.
Bakteri Uria
Tanpa Gejala (Asimptomatik)
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala
kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil
tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria
ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature,
gangguan pertumbuhan janin, dan preeclampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil
dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari
bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat
dilakukan dengan pemberian sulfonamide, ampisilin, atau nitrofurantoin.
2.
Bakteriuria Dengan
Gejala (Simptomatik)
o
Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih
tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. SIstitis ini sering dijumpai
dalam kehamilan dan nifas, penyebab utama adalah E. coli,dapat pula oleh
kuman-kuman yang lain.
o
Faktor predisposisi
Uretra wanita yang pendek, sistokel,
adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter yang sering
dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau
persalinan.
o
Gejala-gejala
-
Kencing sakit terutama
pada akhir berkemih
-
Meningkatnya frekuensi
berkemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas simfisis
-
Perasaan ingin
berkemih yang tidak dapat ditahan
-
Air kemih
kadang-kadang tersa panas
-
Suhu badan mungkin
normal atu meningkat
-
Nyeri di daerah
suprasimfisis
o
Pengobatan : Dapat
diobati dengan sulfonamide, ampisilin, eritromisin.
3.
Pielonefritis Akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu
komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%,
terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa nifas.Penyebab utam adalah
E.coli, dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus aureus,
baasillis proteus, dan pseudomonas aeruginosa.
o
Gejala-gejala
-
Penyakit biasa timbul
mendadak
-
Wanita yang sebelumnya
merasa sakit sedikit pada kandung kemih
-
Tiba-tiba menggigil
-
Badan panas
-
Rasa nyeri dipunggung
terutama sebealh kanan
-
Nafsu makan berkurang,
mual, muntah-muntah, dan kadang-kadang diare
o
Pengobatan
Penderita harus dirawat, istirahat berbaring,
dan diberikan cukup cairan dan antibiotika seperti ampisilin atau sulfonamide,
sampai tes kepekaan kuman ada, kamudian antibiotika disesuaikan dengan hasiltes
kepekaan tersebut.
4.
Glomerulonefritis Akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai
pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan
pnderita nefritis dapat menjadi hamil.biasanya disebakan oleh streptococcus
beta -haemolyticus jenis A.glomerulonefritis akuta mmpunyai pngaruh tidak baik
terhadap hasil konsepsi,terutama yang d sertai tkanan darah yang sangat tinggi
dan insufisiensi ginjal ,dapat menyebabkan abortus.partus prematururus dan
kematian janin.
Pengobatan :
-
Istirahat baring sama
dengan diluar kehamilan
-
Diet yang sempurna dan
rendah garam
-
Pengendalian
hepertensi srta kesimbangan cairan dan elktrolit
5.
Glomeruloneferitis Kronika
Ialah pnyakit yang sudah di derita oleh
ibu hamil beberapa tahun sebelumnya karena itu pada pemeriksaan khamilan
pertama dapat dijumpai proteinuria,sedimen yang tidak normal dan hepertensi.
Gejala-gejala :
-
Terdapat proteinuria
-
Kelainan sedimen dan
hipertensi
-
Edema di muka
-
Anemia
6.
Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik dahulu di kenal dengan
nama nefrosis ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas udem ,proteinuria
(> dari 5 gram sehari),hipoalbuminemia dan
hiperkolestrolmia.penyakit-penyakit yang dapat menyertai sindroma nefrotik
ialah glomerulo-nefritis kronika (paling sering),lupus eritematosus, diabetes
militus, amiloidosis, sifilis dan thrombosis vena renalis.
7.
Gagal Ginjal Mendadak
Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan
adalah komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas,karena dapat
menimbulkan kematian,atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh
lagi.pnderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sring di jumpai pada
kehamilan muda 12-18 minggu,dan kehamilan yang telah cukup bulan.
o
Gejala-gejala
-
Sepsis
-
adanya tanda-tanda oliguri
mendadak dan asothemia
-
pembekuan darah intra
paskuler
o
Pengobatan
-
Penderita di beri
infus atau trnfusi darah
-
Di perhatikan
kesembangan elektrolit dan cairan
-
Lakukan hemodialisis
bila ada tanda-tanda.
8.
Ginjal Polikistik
Polikistik merupakan kelainan bawaan
(herditer).kehamilan umumnya tidak mmpengaruhi perkembangan pembentukan Ginjal
kista pada ginjal,begitu pula sebaliknya.akan tetapi bila fungsi ginjal kurang
baik ,maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya .sebaliknya wanita
yang telah mempunyai klainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul
komplikasi akibat kehamilan yang sangat tinggi.
9.
Tuberklosis Ginjal
Jarang di jumpai wanita hamil dengan
tubrklosis ginjal ,walaupun dalam literatur di sebutkan ada.kehamilan akan
mmpengaruhi TBC ginjal trsebut bila tidak di obati.TBC pada ginjal dapat hamil
terus ,asal fungsi ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan trapi TBC
organ-organ lain. Untuk mmbuat diagnose TBC ginjal diperlukan pemeriksaan
laboratorium khusus.
10.
Kehamilan Pasca
Nefrektomi
Pada pendrita yang mempunyai satu ginjal
karna kelainan congenital atau pasca nefrktomi, dapat atau boleh hamil sampai
aterm asal fungsi ginjalnya normal. Perlu pemeriksaan fungsi ginjal sebelum
hamil dan selama kehamilan serta diawasi dengan baik, karena kemungkinan
timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung pervaginam
kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu.
11.
Kehamilan Pasca
Transplantasi Ginjal
Sampai akhir ini masih
terdapat laporan tentang kehamilan sampai cukup bulan, setelah wanita yang
mengalami transplantasi ginjal. Proknosisnya cukup baik, bila ginjal yang
diimplantasikan tersebut berasal dari donor yang hidup. Namun bila ginjal yang
ditransplantasikan tersbut berasal dari ginjal donor yang telah meninggal
(kadaver), maka kemungkinan akan terjadi kerusakan atau fungsi ginjal akan
memburuk setelah 1 tahun, sehingga pada wanita tersebut harus dilakukan
dialisis terus menerus untuk mempertahankan kehidupannya.Wanita yang
menginginkan hamil setelah dapat transplantasi ginjal, haruslah diawasi ketat
oleh Spesialis Obstetri dan Spesialis Penyakit Ginjal.
Adapun kriteria yang
harus dipenuhi oleh seorang wanita yang telah mendapat transplantasi ginjal,
untuk diperbolehkan hamil antara lain sbb:
1.
Kesehatan penderita
dalam keadaan baik dalam waktu 1-2 tahun setelah mendapat transplantasi ginjal.
2.
Tidak ada kontra
indikasi obstetri untuk hamil
3.
Tidak ada proteinuria
4.
Tidak ada tanda-tanda
penolakan graft
5.
Fungsi ginjal harus
baik ,dngan hasil pmeriksaan laboratorium didapat kadar kreattinin darah
antara0,8-2 mg/ml
6.
Tidak ada tanda-tanda
bendungan,yabg di buktikan dengan pemeriksaan urogram
7.
Tidak ada tanda-tanda
hipertensi
8.
Mendapat terapi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
o
Tetanus neonatorum
adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus
melalui luka tali pusat.
o
Penyebab penyakit
tetanus neonarorium yaitu :
1.
Kuman Clostridium
Tetani
2.
Pemotongan tali pusat
bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3.
Luka tali pusat kotor
atau tdak bersih.
4.
Ibu hamil tidak
mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
o
Adapun gejala yang
timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1.
Mulut mencucu seperti
mulut ikan
2.
Bayi tiba-tiba panas.
3.
Bayi yang semula dapat
menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring
4.
Mudah sekali kejang
disertai sianosis (biru),
5.
Kejang, otot
kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6.
Dinding perut tegang
(perut papan)
7.
Trismus (kesukaran
membuka mulut/mulut tertutup).
8.
Kesukaran menelan
o
Pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain :
1.
Imunisasi aktif
2.
Perawatan tali pusat
yang baik
3.
Pemberian toksoid
tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3
4.
Pemotongan tali pusat
harus menggunakan alat yang steril
o
Penyakit yang Diderita
Ibu Selama Kehamilan :
1.
Hipertensi dalam
kehamilan
2.
Anemia dalam kehamilan
3.
Penyakit jantung
4.
Penyakit diabetes
mellitus
5.
Penyakit sistem
pernafasan
6.
Penyakit sistem
pencernaan
7.
Penyakit sistem
perkemihan
B.
Saran
Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini,
kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman-teman sangat kami
butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba
Medika : Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan
Neonatal. Yayasan.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Rukiah, Ai Yeyeh S.Si.T, “ Asuhan Kebidanan IV
(Patologi Kebidanan)”, Jakarta: Trans Info Media, 2010.
Prawirohardjo, Sarwono, “Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal “, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)